Foto Judul ; Kabid Pendidikan Sekolah Dasar Pemda Kabupaten Garut.
JABAR.KABARDAERAH.COM . GARUT — Setelah munculnya berita terkait indikasi adanya perlakuan diskriminatif terhadap Wartawan yang dilakukan oleh ” Suryana” selaku Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar, Beliau akhirnya telah meminta maaf kepada wartawan berinisial DMI yang merupakan Kabiro media kabardaerah.com dan juga selalu ketua DHN KPK PEPANRI DPD Garut.
Menurut Didit sapa an akrab yang sudah Familiar di kalangan Wartawan Garut mengatakan,” Sehari setelah munculnya berita terkait dugaan diskriminatif Kabid yang bersangkutan, Ia (Kabid-red) Dua kali menghubungi melalui panggilan hand phone saya, ada dong bukti panggilannya juga, namun karena Handphone saya erorr speakernya mati, jadi tidak bisa menerima dan melakukan panggilan Telephone. Saya katakan juga pada pak Kabid dan akhirnya beliau mengirimkan pesan lewat whatsapp yang isinya minta maaf kalau salah, sudah segitu saja. Oleh karena itu saya tidak bisa menyimpulkan tulisan itu, karena ya’ susah lah diterkanya, apakah Beliau menyadari akan tindakan nya, atau tidak. Apakah tulisan minta maaf itu benar di lakukan atau di ucapkan dengan tulus? Atau sekedar basa basi?,” tuturnya.
Dikatakan Didit bahwa hubungan dirinya dengan Suryana atau Pak Kabid SD cukup dekat, karena sudah saling mengenal semenjak Beliau masih menduduki jabatan UPTD Pendidikan Kecamatan Pasirwangi, lantas Beliau dipindah tugaskan atau dirotasi ke Kecamatan Cisurupan dengan fungsi dan jabatan yang sama, setelah itu di tarik ke Dinas Kabupaten Garut dengan promosi jabatan menjadi Kepala Bidang.” Entahlah mungkin diduga jabatannya didapat dari kedekatannya dengan Dr.Helmi yang sebagai Wakil Bupati Garut, yang sekarang sudah purna tugas. Karena kedekatan terjalin dalam mengelola kepramukaan Kwarcab Garut dr. Helmi selaku ketua dan Suryana sebagai Sekretarisnya,” jelasnya.
Ditambahkan Didit, dirinya cukup banyak bersahabat dengan orang-orang yang sekarang menduduki jabatan di Kabupaten Garut, namun Didit menjaga jarak, kalaupun bertemu cukup jabat tangan dan saling mempertanyakan keadaan masing-masing, Tidak ada perlakuan yang lebih atau pun khusus biasa saja, bahkan Didit berusaha menjaga jarak untuk menghindari su’udzonisme dan dipahami pula dengan kesibukannya para pejabat yang sebelumnya boleh di bilang akrab sekarang menjauh mungkin alasan kesibukan atau ada pandanga lain yang tidak mumgkin. lagi sekakrab atau sedekat dulu, Menurut Didit Ia sadar dan paham akan hal itu, karena situasi dan kondisi nya lain dan juga profesi yang jelas-jelas membuat bisa jadi renggang.
“Saya setidaknya tahu pejabat sekarang cenderung pandai melobi dan cerdas memanfaatkan situasi dan kondisi, merengek, memohon dan kusak-kusuk dengan diduga menghalalkan segala cara demi tercapainya impian jabatan yang dikehendaki, kalau perlu menjilat pun di lakukan nya, sehingga hal ini tentunya akan mempengaruhi dedikasi dan etis kerja yang sesungguhnya, kecakapan dan skill kemampuan tidak lagi di gunakan, sehingga jabatan yang di embannya pun kacau dalam tata kelola meminite yang sesungguhnya, sehingga Tupoksinya pun hanya dijadikan sebagai slogan aturan saja,” tandasnya.
Didit juga mengatakan dengan gamblang bahwa berdasarkan pengalaman, dan dari investigasi selama menjadi kuli tinta, telah banyak mendapatkan ilmu kemasyarakatan dan setidaknya mengetahui karakter dan model para pejabat khususnya di Kabupaten Garut yang notabenenya kalau kah di presentasikan hanya ada 40 % yang mampu menjalankan jabatannya, sisanya hampir bisa di pastikan merupakan pejabat titipan, kedekatan, loby dan mungkin juga ada unsur lainnya,” Saya jadi Wartawan dari tahun 1990,walaupun hanya berkiprah di media kecil dan menjadi Wartawan lokalan, waktu itu untuk merekam saja memakai radio perekam dengan kaset pita yang kecil, untuk pengambilan Foto juga harus menggunakan kamera gantung, karena itu yang mampu di beli, mendingan kalau gress kebanyakan kamera second yang dibeli dari sesama rekan Wartawan senior yang jarang terpakai, lain ceritanya dengan rekan-rekan Wartawan sekarang pada gaya, dari penampilan dan sifat juga karakter nya,” kenangnya.
Diakhir obrolan atau Wawancara Didit berharap,” Saya hanya mampu berharap dan tidak punya hak untuk mengusulkan apalagi mengintervensi, agar bapak Bupati terpilih untuk selektif betul dalam menempatkan para pejabat sesuai dengan kemampuan dan disiplin ilmu yang di sandangnya, dalam artian tidak sembarangan dan serampangan di tempatkan. Waspadai pejabat yang pandai loby dan manuver, apalgi menjilat supaya kelihatan ingin tampil bagus dan terpakai, jangan ragu serta plin-plan dalam bertindak kalau demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Evaluasi dan ganti para pejabat yang kerjanya hanya mampu kumpul di pendopo dan brifing yang tidak ada implementasi hasilnya, sudah waktunya Garut mempunyai para pejabat yang berdedikasi tinggi, punya skill untuk memajukan institusi dan bertanggung-jawab penuh untuk melaksanakan jabatan yang di berikan nya, bukan sebaliknya asal mampu memberikan upeti bisa diangkat dan di pertahankan, dalam artian Asal Bapak Senang (ABS). Saya yakin dan percaya di bawah kepemimpinan Bupati Dr. A. Syakur amin dan drg. Putri, Kabupaten Garut akan lebih maju dalam segala aspek kehidupan dan keilmuan, karena saya tahu Beliau merupakan Bupati dan Wakil Bupati yang Religius, yang tidak mudah untuk di suap dan di gratifikasi,” pungkasnya
***** Tim KD