” Citayam Fashion Week ” Bentuk Kemunduran Atau Kemajuan Budaya Bangsa?

JABAR.KABARDAERAH.COM . BEKASI — Akhir-akhir ini viral diseluruh Media Sosial baik pemberitaan atau pun Media Televisi terkait dengan maraknya Budaya ” Citayam Fashion Week ” yang di perkenalkan pertama kali oleh remaja putri yang bernama Jeje.

Dalam beberapa unggahan Media Sosial Tik-Tok, Instagram, dan Facebook Jeje dengan stelan trendi dan terbilang nyeleneh ala anak gaul, yang pada akhirnya masyarakat menamakan gaya berpakaian Jeje adalah ” Citayam Fashion “, yang merupakan tempat dimana Jeje berasal.

Jeje dan kawan-kawan komunitasnya menggunakan area Zebra cross dijalan kawasan Jendral Sudirman sebagai tempat berkumpul mereka.

Hal ini pun akhirnya menimbulkan pro dan kontra dikalangan pengamat, apa lagi disaat ada desas desus diduga seorang pejabat negara menawarkan pendidikan gratis kepada komunitas ” Citayam Fashion Week “, namun akhirnya ditolak oleh mereka. Hal ini pun sempat dibahas, di Podcash salah satu group stand up komedi nasional.

Untuk yang pro sendiri kebanyakan mengungkapkan tentang bentuk kemerdekaan jatidiri yang dimiliki generasi muda, dan anggapan mereka itu sesuatu hal yang positif.

Namun banyak pula yang kontra akan kegiatan tersebut, salah satunya adalah Yudiyantho yang merupakan salah satu pengamat pendidikan di Komunitas Intelektual Kampus.

Dalam perbincangannya dengan rekan Media dari Kabar Daerah regional Jawa Barat, Beliau mengungkapkan kegelisahannya terkait ramainya kegiatan ” Citayam Fashion Week “, yang seolah-olah didukung oleh pemerintah setempat.

Yudiyantho (Sekertaris 2, Forum Intelektual Kampus)

” Dalam hal ini saya Konfius terkait dengan marak nya di Media Sosial baik Online dan Televisi juga Podcash di YouTube yang mengangkat kegiatan Citayam Fashion Week tersebut. Padahal banyak yang mungkin seharusnya menjadi bentuk tontonan atau bacaan yang lebih mendidik lagi, banyak anak bangsa yang memiliki skill dan kemampuan yang membumi dibidang Budaya, Pendidikan, Agama, Otomotif, serta keilmuan lainnya. Jadi harusnya mereka lah yang berhak terkenal dan menjadi contoh teladan generasi masa depan Indonesia,” tegasnya.

” Saya juga merasa cukup aneh, kalau tiba-tiba ada kabar, tentang pejabat negara mau memberi pendidikan gratis kepada salah seorang dari anggota Citayam Fashion Week itu, padahal banyak lagi anak yang berprestasi didaerah-daerah terpencil yang justru tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak dengan berbagai penyebab dan alasan, padahal mereka sangat yang lebih berprestasi dari mereka (Citayam Fashion Week). Namun akhirnya saya dengar penawaran pejabat tersebut malah ditolak oleh komunitas Citayam Fashion Week tersebut,” ujarnya.

” Saya tidak menyalahkan kegiatan mereka, tapi saya lebih menyoroti pola pikir dan cara mereka mengartikan bentuk dari sebuah kebudayaan. Harusnya semua unsur baik Pemerintah maupun Masyarakat bisa mengedukasi mereka terkait arti dari sebuah Budaya baik tutur kata, berpakaian, tingkah laku, dan lainnya. Serta bila ingin lebih mengarahkan mereka terkait Fashion dan tata Krama, baiknya mereka diberi arahan serta dibimbing oleh para profesional, sebagai bentuk kegiatan sosial, agar mereka nantinya tidak terjebak dalam kehidupan pergaulan bebas, Narkoba, dan semuanya yang dapat menghancurkan masa depan mereka. Mereka generasi Indonesia yang harus kita perjuangkan, bukan justru nanti jadi ancaman kemunduran kemajuan Bangsa dan dimanfaatkan oleh kelompok atau orang tentu untuk mengkerdilkan masa depan mereka,” Tutupnya. (ER/ED/**)