BOGOR . JABAR.KABARDAERAH.COM — Dengan Kekhawatiran dan keresahan masyarakat soal As Bendungan Cibeet akan berdampak akan menggusur Makam Cagar Budaya Mbah Maje di Kampung Leuwianjixx di desa Kutamekar Kecamatan Cariu kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat belum berakhir.
Pasalnya mulai dari tahun 2018 masyarakat khususnya keturunan Mbah Maje (Eyang Muhammad Jarman) sudah menyampaikan aspirasi atau keluhan tentang penolakan pemindahan makam yang sebagian masyarakat menganggap makam tersebut adalah makam leluhur nenek moyang (Makam Keramat).
“Malam ini telah dilaksanakan musyawarah, Kami Pemerintah Desa tetap didesak oleh masyarakat untuk menyampaikan aspirasi soal pengalihan As Bendungan Cibeet ke wilayah Tanggulun, dan masyarakat mendesak untuk menyampaikan aspirasi ini kepada pihak terkait terutama pihak yang mempunyai kebijakan agar ada solusinya”, ujar Uteng Kepala Desa Kutamekar usai musyawarah Senin Malam (7/10/2024).
Menurutnya sebenarnya aspirasi masyarakat ini sudah sering kali kami sampaikan dari tahun 2018 sampai hari ini dimana setiap ada rapat koordinasi dengan pemerintah kecamatan Cariu selalu kami sampaikan aspirasi tersebut tapi sampai hari ini belum juga ada jawaban yang pasti.
“Harapan kami dari Pemerintah Desa keinginan masyarakat ini didengar oleh para pemangku kebijakan, Dulu tahun 2018 masyarakat menolak Bendungan, sekarang tidak, artinya masyarakat sudah mundur soal keinginan, hanya sekarang permintaan masyarakat adalah pindahkan As Bendungan ke Tanggulun”, ungkapnya.
Lanjutnya harapannya pembangunan bisa sesuai sejarah, kita ketahui disitu ada kampung Tanggulun dan ada Taman, seharusnya itu pekerjaan disesuaikan dengan sejarah sehingga tidak ada konflik yang panjang terhadap masyarakat.
“Semoga aspirasi masyarakat bisa didengar dan ditindaklanjuti oleh pemerintah pusat agar As Bendungan nya di pindahkan ke kampung Tanggulun”, harapnya.
Ditempat sama Dalim (tukang Sareat) mewakili Kuncen di Makam Keramat tersebut mengatakan,rc makam di Leuwianjixx memang itu sudah jadi kultur Budaya dari dulu keturunan orang tua dulu, kalau keturunan-keturunan itu sudah tua udah gak ada turun ke anaknya atau turun ke cucunya,
“Orang dulu mah saking kentalnya kultur budaya seperti itu tidak mengenal itu Kiai atau Mualim udah jadi budaya kesini istilahnya ziarah-ziarah seperti itu, karena dulu mah dipercaya seperti itu memang terasa dampaknya oleh orang orang sekitar termasuk keturunan dan dibutuhkan orang banyak diluar sana, khususnya wilayah Jawa Barat yang paham soal itu, dan sudah pada tau kalo disini atau tukang Sareat”, jelasnya.
Dalim mengaku bahwa kuncen itu tidak punya segalanya, akan tetapi tetap meminta kepada Allah SWT, cuma ini Sareat melalui Pakuncen Makam-makam leluhur,
” Tetap secara Agama, sama seperti ajaran agama kita Islam yaitu mendoakan para arwah leluhur yang bertujuan membantu meringankan beban para arwah leluhur di alam baka, cuma sedikit berbeda karena kita masih memakai budaya jaman dulu sehingga terlihat sedikit aneh namun kegiatan ini tidak menyimpang dari ajaran Islam”, terangnya.
Maka dari itu kata Dia,” Besar harapan kami pemerintah pusat dan orang yang mempunyai kebijakan soal As Bendungan bisa di pindahkan, sehingga aspirasi kami bisa di terima dan di ditindaklanjuti demi kebaikan bersama, dan tidak menggangu ketenangan dan ketenteraman anak cucunya Karuhun yang ada di kampung Leuwianjing”, tuturnya
Hal senada diungkapkan Candra keturunan Eyang Sepuh Mbak Maje menyampaikan harapan agar kiranya kepada pemangku kebijakan untuk memindahkan As Bendungan Cibeet, jangan sampai makam leluhur kami terkena dampak As Bendungan.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi bahasa aspirasi kami dan harapan kami kepada pemangku kebijakan yang ada di wilayah kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Pusat agar mau mengabulkan permintaan kami”, imbuhnya.
“Sebagai masyarakat yang lahir dari leluhur keturunan Eyang Sepuh Maje selaku orang tua kami, menegaskan bahwa tujuan kami tidak ada menghalangi proyek pemerintah, kami hanya ingin semua pemangku kebijakan bisa menindaklanjuti aspirasi kami”, tutup Chandra. (Red)