Menguak Fakta Mencengangkan Tentang Gunung Padang,Cianjur

Cianjur. Jabarkabardaerah.Com -Batu situs Megalitikum Gunung Padang yang dikelilingi keindahan alam pegunungan di kawasan Cianjur, Jawa Barat, Jumat (21/9/2018). Gunung padang merupakan situs pra-sejarah peninggalan Megalitikum yang berupa punden berundak yang terdiri dari susunan batuan andesit yang umurnya diperkirakan jauh lebih tua daripada piramida mesir sekitar 10.000 tahun sebelum masehi.

Tim Riset Mandiri Gunung Padang membuat temuan mencengangkan berdasarkan analisis geologi. Tim mengatakan, Gunung Padang menyimpan ruangan bagian bangunan yang berasal dari masa lebih dari 10.000 tahun Sebelum Masehi. Ruangan itu berada di zona yang disebut lapisan budaya tiga dan empat dalam penelitian. Sebelumnya, telah diduga bahwa Gunung Padang menyimpan bangunan tua. Bangunan tersebut berupa punden berundak, lebih besar dan lebih tua dari piramida Giza di Mesir. Riset ini, menurut tim, membuktikan bahwa bangunan yang dimaksud itu benar-benar ada.

Danny Hilman Natawidjaja, geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang termasuk dalam tim riset, mengungkapkan, temuan tersebut dibuat berdasarkan analisis georadar, geolistrik, pengeboran, serta tomografi yang dilakukan pada Juli 2013. Pada dasarnya metode tomografi adalah pemindaian dengan menggunakan bantuan gelombang suara. Lewat cara ini, tim bisa mengetahui karakteristik lapisan batuan serta struktur buatan yang mungkin ada di dalam tanah.
“Prinsipnya, tomografi menganalisis berdasarkan kecepatan rambat suara. Kalau di zona yang padat, suara akan bergerak cepat. Sementara kalau di daerah yang kosong atau tidak padat, suara bergerak lebih lambat,” kata Danny.

Berdasarkan analisis tomografi, tim menemukan adanya zona dengan kecepatan rambat suara yang sangat lambat. Keberadaan zona tersebut, menurut Danny dan tim, menunjukkan adanya rongga di bawah situs Gunung Padang. “Jadi memang dari tomografi terlihat ada rongga dan dinding-dindingnya,” kata Danny saat dihubungi Kabar Daerah.com, Jumat (21/9/2018). Rongga itulah yang kemudian dikatakan sebagai ruangan dari bangunan buatan manusia.

Hasil pengeboran, analisis geolistrik, dan georadar memperkuat hasil analisis tomografi. Pada pengeboran hingga kedalaman 10 meter, tim menjumpai water loss, di mana ketika dibor, air langsung mengalir dan meresap di dalam tanah.
“Biasanya, kalau dibor, air akan keluar kembali, tetapi ini tidak. Air langsung menghilang. Nah, ini menunjukkan kalau memang air mengalir ke suatu tempat, menunjukkan adanya ruangan di bawahnya,” papar Danny.
Danny yang juga banyak meneliti tentang kegempaan di Sumatera dan Jawa Barat menjelaskan, volume air yang hilang mencapai 32.000 liter. Ia memperkirakan, air mengalir ke ruangan yang volumenya mencapai 32 meter kubik.

Selama penelitian geologis, Danny dan tim juga menemukan lapisan tanah di antara lapisan batuan dan dikatakan bukan merupakan hasil pelapukan. Tanah sengaja dikumpulkan sebagai lapisan bangunan. “Kalau hasil pelapukan, tanahnya biasanya ada gradasi. Ada yang sudah lapuk sempurna sampai yang belum lapuk. Kalau ini tidak. Seragam. Jadi lapisan tanah itu bukan hasil pelapukan,” urai Danny.

Dari pengeboran di beberapa titik, tim mengambil sampel karbon. Analisis karbon mengungkap bangunan yang dideteksi dengan analisis geologi itu diperkirakan berasal dari masa 9.000 SM atau bahkan lebih tua.
Menanggapi temuan tersebut, Awang Harun Satyana, geolog senior dari ESDM, mengungkapkan bahwa metode dan hasil penelitian mungkin sudah tepat. “Tapi, hasil itu multitafsir. Satu data, geolog bisa menafsirkan berbeda-beda,” katanya.Tuturnya Pada KD.

Reporter : Anwar Reksa
Korwil 3 Jabar,Kabar Daerah.Com

Tinggalkan Balasan