GARUT . JABAR.KABARDAERAH.COM — PT.Condong yang bergerak di sektor perkebunan Sawit sudah begitu familiar di telinga masyarakat garut,perusahaan yang di Gawangi putra presiden ke II Republik Indonesia yaitu Tomy Suharto.
Keberadaan PT. Condong sendiri seringkali menuai pro dan kontra, karena dinilai kurang keberpihakan terhadap lingkungan dan masyarakat yang berada di kawasan terdekat pabrik, berbagai pemerhati, aktifis dan juga tokoh masyarakat seringkali menyuarakan hal yang relatif negatif, seperti halnya baru-baru ini timbul permasalahan mengenai karyawan yang dirumahkan, bahkan ada pula issue yang berkembang, bahwa PT Condong kurang memperhatikan lingkungan hingga limbahnya di buang bercecer begitu saja, bahkan ada pula yang menuding PT Condong tersebut tidak membayar pajak kepada pemerintah hampir Lima tahun lamanya, begitu pula yang menyoroti tentang kegiatan memproduksi Bio diesel.
Kamis tanggal 21 september 2023 kabar daerah menyambangi PT Condong yang berlokasi di wilayah Garut selatan,” Alhamdulillah, bisa diterima dan bertemu dengan jajaran pengurus intinya. Keramahan dan penuh kekerabatan mereka menyambut kedatangan kami tidak seperti yang banyak di ceritakan orang, bahwa karyawan inti PT Condong arogan dan tidak mau di temui. Inti percakapan kabar daerah mempertanyakan tentang karyawan yang dirumahkan yang konon katanya tidak di beri upah atau gaji, juga terindikasi melakukannya secara sepihak tanpa musyawarah. Undang Kadarisman ,SE selaku personalia membantahnya,” kami dalam melakukan pengurangan Karyawan tidak ujug-ujug, melainkan beracuan pada edaran Mentri ketenagakerjaan Republik Indonesia dan juga UU ketenagakerjaan. Situasi dan kondisi keuangan perusahaan memang sedang tidak sehat alias belum stabil, terlebih pasca covid 19, jadi terpaksa kami merumahkan karyawan sebagian, terutama karyawan kontrak. Itupun tetap kami beri gaji sebesar 15 %, rumor yang berkembang bahwa pihak kami menekan-nekan karyawan dan cenderung menyengsarakan, itu suatu fitnah, kami di sini para pengurus sepakat untuk senantiasa turut serta mengupayakan kesejahteraan karyawan dengan kemampuan dan keadaan keuangan perusahaan tempat kami bekerja,” ungkapnya.
Dikatakan Undang bahwa ada issue bahwa pihak perusahaan seringkali membuang limbah sembarangan, Undang malah bertanya limbah yang mana, yang di maksud ?,Karena ada beberapa macam limbah. Sementara limbah ampas atau cangkang Sawit kami kembalikan ke kebun untuk dijadikan pupuk, itu pun tidak berjalan lama, sekarang kami menunggu analisis dari berbagai perguruan tinggi agar ampas tersebut bisa didaur ulang dan dibuat pupuk kompos, dengan demikian akan mendatangkan manfaat yang banyak terutama nilai tambah ekonomi dan juga penambahan karyawan tentunya,” gamblangnya.
” Mengenai issue Adanya produksi Bio Diesel ?, Itu suatu informasi yang mengada-ada PT Condong untuk sekarang ini hanya fokus pada Sawit dan karet. Silahkan di cek kebenaranya !, Kami tidak akan menutup nutupi keadaan !,” tegasnya.
Ditambahkan pula bahwa pihaknya (PT.Condong ) sangat terbuka bila ada pihak – pihak yang yang ingin bersilaturahmi, termasuk didalamnya untuk meminta keterangan dan kejelasan seputar kegiatan aktifitas perusahaan,” Dengan senang hati kami akan menerimanya dan memberikan jawaban se transparan mungkin, yang menjadi apa-apa yang di pertanyakan, dan juga PT Condong tidak alergi dengan segala koreksi yang disampaikan warga ataupun pegiat lainnya, bahkan sangat berterimakasih karena hal tersebut demi untuk evaluasi dan kebaikan juga kemajuan perusahaan itu sendiri,” bebernya.
Cucun Suhendar,SE selaku direktur keuangan memberikan jawaban sekaligus menepis tentang rumor yang beredar terkait PT. Condong yang sudah Lima tahun tak membayar pajak.” Itu tidak benar sama sekali, kami tetap patuh dan tunduk pada aturan pemerintah termasuk dalam hak dan kewajiban perusahaan untuk membayar pajak,” tegasnya.
Namun diakuinya bahwa setoran pajak terutama dari mulai covid 19 hingga sekarang mereka masih mencicilnya,” Kami cicil karena situasi dan kondisi keuangan perusahaan sedang tidak stabil, jadi diharapkan kepada pemberi dan penerima informasi tidak asal, seyogianya dipertanyakan dulu kebenarannya, jadi dalam hal ini tidak menjadi bola liar,” lugasnya.
Sementara Adar selaku ketua tamanan an antan PT. Condong memberikan klarifikasi terkait dugaan pembelian euleum (getah karet) yang diambil atau di sadap oleh para karyawan dan di jual ke pihak perusahan yang menurut pihak tertentu harganya sangat minim,” Itu tidak benar, kami membelinya dengan harga yang pantas Rp.4200 rupiah /kilo gramnya, sementara tanaman karet sendiri adalah milik perkebunan PT. Condong, bukan milik petan. Kami yang mengurus hingga tanaman tersebut produktif, sementara pihak karyawan lah yang menyadap atau mengambil hasil getah karet tersebut, lalu menjualnya ke perusahaan, jadi dalam hal ini boleh dikatakan karyawan sebagai pemungut, kami tetep menghargai mereka dengan upah yang relatif pantas, itu sudah disepakatinya. Perusahaan sangat diuntungkan sekali sementara para karyawan pun sangat pula di bantu guna memenuhi tarap kehidupannya, jadi dalam hal ini jelas adanya simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan kedua belah pihak,” jelasnya.
Ditempat terpisah A.Gunara selaku tokoh masyarakat Desa Tegalgede yang merupakan kawasan daerah yang berada di seputaran wilayah PT. Condong memberikan tanggapan bahwa sejak dahulu kehadiran perusahaan tersebut sangat membantu tarap hidup karyawan terutama dalam perekonomian,” Didalam situasi keuangan yang sehat PT. Tersebut selalu memberikan kesejahteraan terhadap karyawannya dan juga kepada Desa yang berada di seputaran PT tersebut seringkali mendapatkan bantuan sosial kemasyarakatan, layanan kesehatan dan penyuluhan di bidang perkebunan dan juga kerap memberikan CSR (Conporate Social Responsibility) yaitu tanggungjawab sosial dan lingkungan yang berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan. Jadi PT Condong telah berupaya memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat yang berada di seputar kawasan perusahaan tersebut. Munculnya issue dan anggapan dari para pihak itu merupakan hal yang wajar dan harus ditanggapi dengan introspeksi, namun ditengah krisis keuangan yang mungkin kurang begitu stabil, alangkah baiknya bila ada permasalahan alangkah baiknya dibicarakan secara duduk bersama, jangan di open dan di isukan yang berlebihan bahkan akhirnya bisa jadi santapan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang pada akhirnya bisa merugikan berbagai pihak, lebih khusus pihak terkait,” Tandasnya.
*** Didit