Caleg Sehat, Caleg Yang ” No Money Politik “

Penulis ; Yudiyantho PS ( Ketua LSM Baladaya Kab. Bekasi Dan Pemred jabarkabardaerah.com )

JABAR.KABARDAERAH.COM – Pemilu 17 April 2019, Pemilu yang memilih Capres, DPRD RI, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kabupaten telah kita lalui, dimana kita bebas menentukan pilihan kita. Hak pilih kita menjadi jaminan berharga untuk Bangsa Indonesia lima tahun kedepan.

Saat ini kita tinggal menunggu hasil resmi dari KPU pusat tentang hasil pesta Demokrasi yang ” harusnya ” bersifat LUBER ( Langsung Umum Bebas dan Rahasia ) dan JURDIL ( Jujur dan Adil ).

Mengapa ada tanda petik ” harusnya “, kata ini saya garis bawahi, sebab ditahun ini menurut pengamatan saya sebagai pemerhati kebijakan publik, bahwa tahun ini merupakan pemilu yang paling buruk semenjak Demokrasi di tanah air Indonesia.

Mengapa Saya berbicara paling buruk, saya mengkaji ini berdasarkan temuan-temuan dan indikasi-indikasi dilapangan seperti :

1. Masih maraknya money politik yang dilakukan oleh para Caleg baik dari DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kabupaten. Hal ini seharusnya tidak terjadi, sebab kita tidak mau aspirasi dan kesejahteraan kita ini dibeli dengan hanya uang receh apa lagi untuk 5 tahun kedepan.

2. Salahnya penulisan perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU pusat, hal ini merupakan suatu kelemahan yang diungkap ke publik hingga membuat terlihatnya kelemahan sebuah sistem dari sebuah penyelenggara pesta Demokrasi, yang harusnya mereka dapat mendeteksi lebih dahulu atas semua kesalahan tersebut sebelum terungkap ke publik.

3. Lemahnya sistem pengawasan perpindahan atau tahapan surat suara dan form C 1 dari TPS – Kekelurahan – kecamatan – kota/kabupaten – provinsi – KPU pusat, sehingga banyak yang dimanfaatkan oleh para oknum bermain ditengah-tengah tahapan tersebut meski belum terbukti karena hal tersebut dilakukan secara sistematis, terencana, dan tak ada yang berani mengungkapnya.

4. Keputusan pemerintah dan KPU yang saya anggap sedikit aneh, seperti orang yang mengidap penyakit Jiwa diperbolehkan mencoblos, hal yang betul-betul aneh. Sedang dalam Undang-undang saja bila orang tersebut melakukan tindak pidana dan ternyata dinyatakan mengidap penyakit Jiwa, maka orang tersebut terbebas dari UU Pidana.

5. Logistik yang mahal hampir dua kali lipat dari pemilu sebelumnya, ditambah lagi benda logistik seperti kotak suara yang terbuat dari kardus, dengan secara otomatis rawan akan kerusakan, mudah dibuka, dan pengamanan kertas suara didalamnya diragukan.

Masih banyak lagi kelemahan – kelemahan dalam pelaksaan pesta Demokrasi tahun ini yang saya tidak dapat sebutkan satu persatu. Ini yang harus menjadi bahan renungan KPU sebagai penyelenggara pesta Demokrasi bahwa pemilu tahun ini merupakan pemilu yang menimbulkan banyak masalah.

Namun disekian banyak kelemahan ternyata di pemilu 2019 ini masih terdapat hal yang baik seperti contoh yang dapat saya ambil dilapangan tentang masih ada pula hal-hal yang ternyata ada perubahan meskipun perbandingannya sangat sedikit sekali. Berikut hasil petikan wawancara saya terhadap salah satu team sukses seorang caleg yang bertempat di dapil 4 kabupaten Bekasi untuk caleg DPRD Kabupaten Bekasi dari partai Gerindra dengan nomor urut 9 Bang Drahim Sada ;

KD Jabar ; ” Bagaimana kondisi suara calon Bapak Bang Drahim Sada untuk Wilayah dapil 4 Kabupaten Bekasi sendiri ? “.

Tim sukses ; ” Alhamdulillah, kami disini sebenarnya berjuang pyur untuk kesejahteraan masyarakat kabupaten Bekasi, sehingga kami berjuang dengan cara yang berbeda kepada masyarakat, kami memberi edukasi tentang politik yang sehat, politik yang tidak harus membeli suara kepada masyarakat atau istilah kerennya no money politik. Sebab bila Allah Swt meridhoi kami menang nanti, kami pyur berjuang untuk masyarakat tanpa memikirkan hal lainnya seperti berfikir bagaimana cara mencari ganti uang bekas pemilu tahun ini, sehingga lebih menomor satukan mencari proyek ketimbang memikirkan kesejahteraan Masyarakat dan boleh dicatat bila pun Allah Swt belum memberikan kesempatan kepada kami untuk menjadi wakil rakyat, kami pun bangga bahwa masih banyak Masyarakat kabupaten Bekasi yang memiliki akal sehat untuk memilih pemimpin atau wakilnya di parlemen yang benar-benar memikirkan kesejahteraan mereka”.

KD Jabar ; ” Memang menurut Bapak masih banyak kah caleg yang melakukan Money Politik ? “.

Tim sukses ; ” yah saya tak mau menjelaskan dalam hal ini, sebab kalau kita bilang ada pun harus dengan bukti kan ?, kalau asal ngomong nanti dibilang Hoak atau menyebarkan kebohongan “.

Itulah petikan wawancara saya langsung dilapangan tentang ternyata masih ada politik bersih ditengan segunungnya politik kotor yang mewarnai pesta Demokrasi ini.

Paradigma dan stigma selalu membedakan hasil dari semua tujuan. Kalimat diatas merupakan bagaimana merubah paradigma lama menjadikan masyarakat mempunyai figur calon yang bersih dari stigma dalam semua pemilu dan pilkada ….” ada uang saya coblos “…ini tugas yg paling berat di kabupaten Bekasi…semoga caleg yg mempunyai paradigma dan berpikir yg sama tidak patah semangat untuk tetap berjuang menjaga pilar-pilar demokrasi dan menjadi kontestan yang bersih

” Caleg Bersih, No Money Politik “, semoga banyak lagi pelajaran yang terkandung dalam pelaksanaan Demokrasi tanah air Indonesia ini. (red)