OPINI  

Doa Semua Agama: Upaya Liberalisasi Akidah

Oleh: Risma Aprilia (Aktivis Muslimah Majalengka)

JABAR.KABARDAERAH.COM . OPINI – Pemerintah kembali mempertontonkan sikap sinkretismenya kepada publik secara terang-terangan. Dimulai dengan selalu menggembar-gemborkan sikap toleransi antar agama, namun sering salah perlakuan. Kini kembali ingin membuat masyarakat kagum dengan sikap toleransinya yang kebablasan.

Melalui pernyataan menteri agama Yaqut Cholil Qoumas atau sering disapa Gus Yaqut, bahwa perlu adanya do’a semua agama disetiap kegiatan, semisal kegiatan berskala besar Munas (musyawarah nasional). Dia mengatakan bahwa ini sesuatu yang perlu, karena melihat kementrian agama bukan hanya menyangkut agama Islam saja namun seluruh agama. Agar lingkungan Kemenag juga bebas dari tindakan korupsi, karena jika seseorang ingat kepada Tuhannya maka terhindar dari sikap munkar dan korupsi. (kumparan.com, 7/4/2021).

Sikap yang demikian tidak sejalan dengan syariat Islam, karena sikap menghargai keberadaan agama lain dalam sistem Islam tidak seperti demikian. Jelas ini merupakan penyelewengan syariat.

Dengan diadakannya do’a bersama semua agama, justru menggambarkan semakin terlihat liberalisasi akidah yang sedang dijalankan negara, bahkan sudah menjadi kebijakan negara. Dari sini rakyat seharusnya segera menyadari bahwa dengan sistem sekuler ini agama hanya dipandang sebatas keyakinan individu, tidak ada kaitannya dengan pengaturan kehidupan. Agama hanya dianggap sebagai urusan hamba dengan Tuhannya saja.

Sehingga sangat mustahil akan terwujudnya pemberlakuan syariat Islam oleh sebuah negara di tengah-tengah sistem sekuler seperti sekarang. Maka dari itu yang harus dibenahi dari kerusakan saat ini ialah dengan mengubah sistem yang ada. Dakwah menjadi solusi dari rusaknya sistem.

Dakwah merupakan upaya seseorang untuk mengubah cara berpikir dan sikap seseorang agar kembali pada yang benar yakni Islam. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali ‘Imran: 19,’… bahwa agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam ‘. Maka dari itu tujuan dakwah ialah mengajak orang-orang untuk kembali pada Islam.

Kembali pada Islam secara kaffah atau sempurna, bukan hanya tampilan namun dari segi berfikir dan bersikap. Menerapkan aturan Islam secara sempurna baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat hingga bernegara. Dakwah juga merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan demi tersadarkannya pemahaman umat.

Dengan memberikan pemahaman kepada orang-orang jika ingin syariat Islam tegak, hanya bisa terwujud dengan mengubah sistem sekuler. Karena itulah pangkal utama dari kebobrokan cara berfikir umat saat ini. Yang mana menganggap ranah agama hanya seputar peribadahan dengan Tuhan semata.

Sekilas apa yang dilakukan oleh Gus Yaqut adalah bentuk toleransi terhadap agama lain. Namun dalam Islam, bentuk toleransi tak melulu soal melaksanakan ibadah bersama. Lebih dari itu Islam mengajarkan toleransi tanpa harus merusak akidah sendiri.

Sistem Islam dengan sempurna mengatur hubungan dengan agama lain. Dalam hal peribadahan, Islam mempersilahkan mereka melaksanakan ibadahnya di rumah masing-masing. Seperti yang terkandung dalam firman Allah surat Al-Kafirun: 6,…’ untukmu agamu dan untukku agamaku ‘.

Islam juga tidak pernah memaksakan penganut agama lain untuk masuk Islam. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 256. Dengan demikian, jika kita menyetujui apa yang dikatakan menteri agama bahwa berdo’a dengan semua agama itu sesuatu hal yang wajar maka secara tidak sadar kita telah keluar dari akidah yang lurus.

Wallahu’alam bish-shawab.