Oleh ;
OPINI . JABAR.KABARDAERAH.COM — Tulisan ini hanya bermohon untuk direnungkan agar bangsa ini jangan lagi meneruskan kepahitannya bangsa yang tertuduh di alam kebodohan.
Ada yang berpandangan bahwa bangsa di dua dekade ini menurun kecerdasannya. Demokrasi prosesnya dipengaruhi melalui instrumen teknologi dan angka yang membentuk persepsi rakyat yang tak cerdas dan itu telah dilakukan dan berjalan mulus dan meraih kesuksesan. Mungkin apa yang sedang terjadi telah di matangkan di lembaga thintank dan kemudian operasionalnya oleh media massa dan lembaga survey adapun buzzer belum terbentuk saat itu. Hasil dari kerja mereka terpilih pemimpin yang data keberhasilannya tidak melebihi dari era sebelumnya era yang dieksploitasi oleh mereka. Hasilnya bangsa ini terkesan belum memiliki kecerdasan membangun dirinya, bangsa yang tak cerdas atau pemimpin yang tak cerdas?
Alkisah sosok yang di tahta pada saat itu sosok yang gagah bila bicara sistematis dan cukup disegani di dunia internasional konon hasil kerjanya hutang ke asing hanya di angka 2600 trilyun dan keberhasilan lainnya. Ada keberhasilan tapi ada noda di masanya ada yang korups ini yang dieksploitasi oleh mereka yang telah disebut tanpa henti dan berlangsung tahunan.
Di sisi yang lain mereka sedang membuat persepsi sang pemimpin yang ditawarkan bak ratu adil yang fisiknya antitesis dari pemimpin era sebelumnya pemimpin sederhana merakyat dan tentu anti korupsi atau anti KKN. Sosok yang selalu menjadi berita utama di mana pun ia berada termasuk di gorong-gorong dari media massa dikesankan sebagai pemimpin yang bukan saja sederhana dan merakyat tapi pemimpin berprestasi laku tersambung dengan ada lembaga survey yang memotret diri dan bahkan angkanya melebihi pemimpin partai besar punya darah biru dan yang pernah di kursi tahta utama negeri ini.
Jadilah pemimpin itu meloncat dari satu tangga ke tangga berikutnya belum selesai di satu tangga meloncat ke tangga berikut. Benar hebat hasil dari para pendesainer yang mungkin mereka ahli kelas kakap didikan luar negeri yang bisa membuat satu bangsa yang rakyatnya sudah banyak terdidik tinggi terpukau dengan apa yang mereka hasilkan. Ini pembuktian apa yang disebut kebenaran post truth itu, hal yang palsu atau tidak benar bila diulang terus akan menjadi benar.
Bangsa yang telah didesain oleh pemegang kuasa ilmu memahami psikologis manusia melalui pendekatan ilmiyah atau ilmu pengetahuan. Selamat untuk mereka memang ada ilmu yang tak berbasis nilai dan tak ada analisis akibat yang ditimbulkannya.
Bangsa terkesan menjadi bangsa yang tak cerdas. Anak bangsa ini tidak tau apa hasil nanti yang sangat vatal bagi bagi bangsa ini apabila ada pemimpin yang belajar melalui otodidak namun tak seperti Agus Salim dan bisa meraih tahta puncak di bangsa itu yang jumlah doktor dan professornya ribuan.
Bangsa semakin tertuduh sebagai bangsa tak cerdas setelah puluhan tahun bangsa itu masih saja rakyatnya tak menikmati SDA yang kaya raya yang mungkin di mata negara lain sampai pada kesimpulan bahwa bangsa itu bangsa yang belum cerdas.
Puluhan tahun kemudian bangsa itu sudah jutaan sarjana ribuan mereka dikirim ke negara yang sudah maju pendidikannya namun bukan saja SDA masih saja tak bermanfaat bagi rakyatnya dan terasa kini apa yang disebut SDM kehebatan manusianya juga dipertanyakan.
Bangsa telah melalui phase pembuktian suatu desains entah untuk siapa mereka bekerja untuk asing kah’ atau untuk manusia yang sudah menguasai asset ekonomi dan asset lainnya kekayaan bangsa yang kini mereka sering disebut.
Semoga bangsa dengan dampak dari desainer terhadap sosok yang di tahta menjadi sadar bahwa bangsa itu meskipun telah jutaan merasakan pendidikan tinggi mereka harus cerdas menilai kondisi yang dirasakan dan cerdas dalam memilih pemimpinnya.
Bila dulu rakyat terhipnotis dari tayangan media massa dan juga terhipnotis dengan angka tinggi dari lembaga survey itu harus diwaspadai siasat lama yang ingin kembali dilakukan. Hanya penyesalan bila dikunyah bulat-bulat karena mereka sedang ingin kembali meraih kesuksesan untuk dibayar dan bayaran mahalnya bangsa semakin tertuduh bodoh. Mereka manusia pintar tapi ikut arus dalam pembodohan bangsanya. Saatnya anak bangsa cerdas melawan tindakan kebodohan yang mereka lakukan.
Bogor, Oktober 2023.